Seselan itu ada empat macam, yaitu: um, in, er dan el.
Tentang penempatan seselan itu ada beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
| Pada umumnya terletak di antara wianjana dan suara (konsonan dan vokal) pada suku kata yang pertama misalnya)
Huruf e hilang, karena Iuluh cenderung menjadi dua suku kata.
| |||||||||||||||||
| Kalau kata itu mulai dengan huruf suara, maka seselan itu terletak di muka, misalnya.
| |||||||||||||||||
| Kata-kata yang mulai dengan aksara ostia (labial) maka seselan itu terletak di muka, misalnya:
|
Keterangan:
| Uger-uger No. 2 sebenarnya tidak begitu menyimpang dengan No. 1, karena h dihapuskan (dihilangkan) makanya kelihatan di muka. Perhatikan contoh di bawah ini: h um alap (bukankah um di tengah ?) | |
| Seselan um yang terletak di muka pada umumnya u nya hilang, misalnya: Umalap - malap |
11. Pengater dan Pangiring
Pangater terletak di muka dan pangiring terletak di belakang kata.
| Pangater (awalan): Tentang berapa jumlah pangater sukar kita tentukan, karena pangater Bali sudah bercampuran dengan pangater bahasa lain (Jawa Kuna, Sanskerta). Oleh karena itu kami akan tunjukkan pangater yang umum- umum saja.
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| Pangiring (akhiran) Pangiring yang terletak pada suku kata yang terbuka (huruf hidup), biasanya berubah mendapat tambahan wianjana n, atau berubah menjadi yang, umpama:
|
Keterangan:
| Aksara ka pada tambahan suatu kata mempunyai dua fungsi yaitu sebagai awalan (pangater) dalam kata- kata kajagur, kajambak dan sebagai kata depan (preposisi) dalam kata-kata ka Denpasar, ka uma dan lain sebagainya. | |
| Pangater dus, nis sebenarnya tak ada, yang ada ialah pangater dur, nir. Pangater dur, nir ini sering berubah karena menyesuaikan diri dengan huruf yang mengikutinya. |
PENUTUP
Sebagai penutup dari uraian kami ini, lagi sekali kami sampaikan acara-acara pokok dalam Pasamuhan Agung. Kecil Bahasa Bali tahun 1963, antara lain bahwa:
| Pegangan pokok ialah ejaan yang terdapat dalam Ramayana oleh Kern, dan Baratayuda oleh Gunning. | |
| Mengubah pasang tumpuk menjadi pasang jajar, karena pasang jajar itu cocok dengan penulisan Latin, gampang mengisi guru lagu, tidak menyalahi uger-uger yang telah ada (sastra sane kagantungin mati) dan lebih gampang membacanya. | |
| Uger-uger hanya berlaku dalam suatu kata dasar (kruna lingga) | |
| Pemakaian ardasuara (y, r, l, w) berlaku hukum dua suku kata (sesuai dengan Bahasa Indonesia) | |
| Menghilangkan duita karena surang. | |
| Dan lain sebagainya. |
sumber: http://www.babadbali.com/aksarabali/books/ppebb/pp-set.htm

No comments:
Post a Comment