7. Sandi Suara
Sandi suara artinya hubungan antara dua buah suara (vokal). Sandi (sandhi) berarti hubungan, pertemuan itu mungkin juga antara kata dengan kata.
Pertemuan suara antara kata dengan imbuhan dinamai: sandi dalam, umpama: sa + ulah = solah saji + an = sajen | |
Pertemuan suara antara kata dengan kata dinamai sandi luar, umpama: kapi + indra = kapindra nara + indra = narendra wana + nara = wanara |
Bentuk-bentuk sandi dan contoh-contoh yang lengkap lihatlah pada pelajaran Bahasa Kawi antara lain pada buku Cakuntalâ oleh l G K Ranuh atau buku Bahasa Kawi I (Posya Carita) oleh l Nengah Tinggen.
Di sini kami hanya tonjolkan contoh-contoh saja terutama dalam kata-kata Bali:
+ | ||
+ | ||
+ | ||
+ | ||
+ | ||
Keterangan:
lstilah sandi (sandhi) dalam Bahasa Bali sering disebut nyutra. | |
Suku kata terakhir yang ber-tengenan h, setelah mendapat pangiring, h nya tidak boleh dihilangkan (diluluhkan), umpama: Kata (balihan) tidak boleh ditulis: (balian)Tetapi dalam Bahasa Kawi sering juga kita jumpai kata-kata yang demikian diluluhkan, umpama kata-kata ini: kasih - asih = kasi - asih = (kata ulang sering dibuat tidak lengkap) |
Keterangan tentang aksara maduita, lihat keterangan di muka pada Ejaan Latin. Hanya perlu kami tonjolkan lagi sekali bahwa:
Duita karena surang () menurut hasil keputusan Pasamuhan Agung Kecil tahun 1963 dihapuskan, karena menurut Drs. Ida Bagus Oka bentuk semacam itu di India pada tulisan Dewa Nagari sudah tidak dipakai lagi. Demikian pula di Bali kalau melihat susunan duita nya di antaranya sudah tidak benar, karena menyalahi daerah artikulasi (pakadangan aksara) di antaranya yaitu tulisan: ( ) = murdania, ( ) = dantia Juga kalau melihat praktisnya dalam tulisan Latin toh menulisnya tidak akan dobel umpama tulisan kalau ditulis Latin biasanya: karna, tidak mungkin ditulis karnna (kecuali dalam tulisan-tulisan Bahasa Kawi). Tentang duita ini pernah juga kami mendengar keterangan dari rekan kami, yaitu Pak Ketut Ginarsa bahwa dalam prasasti-prasasti Bali Kuna kebanyakan tidak memakai duita Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas inilah maka duita karena surang dihapuskan. Dengan demikian lalu tulisan-tulisan sebagai:
Tetapi tulisan: dan tetap ditulis sebagaimana biasa.
| ||||||||||
Duita karena perubahan bentuk dari akar kata menjadi kata tetap sebagaimana biasa, misalnya: dan lain-lain.
|
sumber: http://www.babadbali.com/aksarabali/books/ppebb/pp-set.htm
artikel becik pisan pak, salam kenal, rauhin taler blog tiang (http://blogputrasekarbali.blogspot.com).suksma
ReplyDeletesaya mau tanya knap kalau membuat pandita memakai Na rambat?..
ReplyDelete